Sabtu, 29 Oktober 2011

persahabtan


Indahnya persahabatan

indahnya masa SMP, saat aku menginjak masa sekolah menengah pertama ,itu adalah masa-masa terindah dalam hidupku.
            Disaana banyak terukir kenangan indah bagi ku, di sana aku mendapatkan banyak teman dan sahabat yang sanggat aku syangi. Sahabat-sahabat ku yang selalu menyayangi dan menghibur ku , mereka adalah mela,wurietni,nuryaani,dan martin laoli.
            Di setiap waku kami selalu bersama berbagi canda dan tawa, saling membantu dan saling mengerti satu sama lain.
            Ketika kami menginajk kelas Sembilan SMP, kami selalu berjanji ,”meskipun kita beda sekolah kita kan selalu bersama dan bersahabat”. Aku selalu berharap mereka akan selalu mengingat ku dan tak akan melupakan ku, karena aku gk akan melupakan merka.
            Hari yang menegangkan pun tiba, itu adalah hari pengumuman kelulusan , dan akhirnya aku dan sahabat-sahabat ku dapat lulus di UN prtama dan kami pun sangat bahagia.
            Beberapa hari setelah pengumuman sekolah kami pun pergi ke cibodas untuk mengadakan perpisahan, dan di sanalah dua hari terindah dalam hidup yang aku alami. Disana kami saling bercengkrama, aku mendapat satu kamar bersama mela,wur,dan yani.
            Dimalam puncak, kami mengadakan acara resmi yang di akhiri dengan tari-tarian dan karaoke. Dan setelah pagi menyambut kami di boleh kan untuk melihat air terjun yang ada di cibodas,disana aku pergi  lebih dulu bersama martin sedangkan mela,wur,dan yani menyusul ku.
            Hari pun sudah semakin sore, dan kami pun bersiap-siap untuk beranjak pulang, aku pun diantar martin untuk membeli boneka di toko oleh-oleh, dan aku membeli boneka beer besar berwana putih yang sampai sekarang masih aku simpan dengan baik.

            Saat kami tau bahwa kami pisah sekolah ,kami langsung bersedih. Meskipun aku satu sekolah bersama mela namun aku tetap bersedih karehna berpisah dengan sahabat ku yang lain.
            Aku pun melanjutkan sekolah ku di SMA 56, aku mendapat satu kelas bersma mela kerlas sepuluh lima, namun aku sedih karena dia duduk bersama orang lain. Tapi taka pa itu haknya untuk memilih dan aku tak bias memaksanya. Masa-masa kelas sepuluh ku terasa sangat datar tidak seperti saat aku di SMP dahulu. Setelah satu tahun berlalu aku pun naik ke kelas sebelas SMA, aku pun mendapat satu kelas lagi brsama mela. Di kelas sebelas mela pun duduk bersama mela ,Namun setelah ujian MID semester ada konflik di antara kami dan konflik itu membuat mela duduk bersama orang lain. Sungguh aku sanggat kecewa saat itu, bahkan aku sampai berfikir dia bukan sahabat ku lagi, sekarang mela sibuk bersama sahabat barunya sebut saja w***a dan n****n, mungkin mereka memang lebih berarti dibandingkan aku, sahabat lamanya yang sudah tak di anggap dan di pedulikannya lagi.
            Saat dia lebih mementingkan saahabat barunya dan melupakan ku, hati ku terasa sangat sakit. Aku yang telah empat tahun bersahabat dengannya ,namun ia melupakan ku begitu saja. Namun aku tetap menyayanginya dan aku hnya dapat berharap dia bias kembali seperti dulu.
AKU SELALU BERHARAP SAHABAT-SAHABAT KU KEMBALI SEPERTI DI MASA SMP

Jumat, 28 Oktober 2011

here after



           Aku duduk sendri di tempat duduk yang terletak di logam international airport. Malam sudah cukup larut ketika pesawat ku akhirnya mendarat boston. Musim panas suudah sepenuhnya meninggalkan boston,pelan-pelan di gantikan dgn anggin musim gugur  yang terasa sanggat menusuk tulang.
Salju belum tampak namun tetep sja rasanya seperti berada dalam kulkas. Untung aku mengenakan baju hangat dan kaus panjang sebanyak dua lapis di bawah  jaket tebal ku. Tidak lupa topi kupluk membungkus kepala ku, jika tidak kuping ku pasti berdengung.
            Selagi menunggu shuttle  yang akan mengantar ku ke penginapan, aku membuka secarik kertas yang berisi dua bait puisi karangan intan  yang tertulis di sana. “ A depressing infatuation about a ending agony”, itu lah nama puisi mantan kekasih ku.
            Cinta terlarang yang awalnya indah, tetapi harus terhenti di tengah  jalan. Ksrena kenyataan hidup lebih kuat untuk di kalahkan oleh ‘cinta’.
            Ku lipat kertas berisi puisi itu, lalu ku selipkan kedalam dompet ku. Setelah itu ku buka selembar foto yang ikut terlipat bersama kertas.
            Itu adalah foto intan dgn wajah menghadap ke camera, sedang tersenyum lebar . fto itu pasti di ambil di luar ruangan karena sinar matahari membuat kulit wajahnya becahaya indah.
            A depressing infatuation about a never ending agony. Aku tertawa sendiri karena menyadari betapa sempurnannya kalimat itu untuk menjelaskan perasaan ku kepada intan.
            Aku merindukannnya.
            Namu, kerinduan itu akan sanggat menyakitkan. Kukecup foto itu sebelum ku lipat dank u masukkan kembali ke dompet ku.
            Mobil itu behenti di depan ku, lalu supirnya seorang pria berusia 50an  lalu ia turun dan membantuku menaikkan semua koper dan barang-barang ku ke dalam bagasi mobil. Kemudian seorang wanita muda masuk dan duduk di dekat ku.
            “are  you going to Hilton , sir” tnya supir itu kepada ku.
            “sorry” tnya ku ulang, karna belum terbiasa mendengar asken amerika.
            “no, I’m the one who’s going Hilton” kata wanita di samping ku.
            “all right ma’am” kta supir tua kepada wanita itu.
            “darimana asal mu” kata wanita itu.
            “ aku dar Indonesia” jelas ku.
            “I hate history with an Indonesia once, malam yang sanngat berkesan lalu ia langsung meninggalkan ku” 
            “oh, maafkan aku” kata ku bersimpati. Aku langsung menyesali sikap ku yang kasar. “why did he leave”.
            Wanita itu hanya tertawa , aku menangkap nada getir dalam tawanya.
            “dia bilang, dia mencintaai orang lain”
            “dia mencintai orang lain tapi menghabiskan waktu dengan mu ?” Tanya ku.
            “ mungkin baginya aku hanya pelampiasan untuk melupakan wanita itu, ya pokoknya begiyu lah”
            “do you love him”
            Wanita itu tertawa mendengar ku “ love ? what is love , aku sudah melupakannya saat dia mengakui bahwa dia mencintai orang lai”
            Aku menghela nafas , ternyata ia juga di hadapkan dengan situasi yang sma dengan ku, well serupa tapi sedikit berbeda.
            Aku bertukar cerita dengannya “wanita itu…dia sudah bersuami. Kami sempat setuju untuk hidup bersama, namun pada akhirnya ia tidak bias meninggalkan ank dan suaminya”
            “ oh, wow , kamu mencintai wanita yang bersuami” ia bertanya dengan nada keras.
            Aku tertawa sejenak, dan aku menjelaskan padanya bahwa seorang pria yang telah memberikan segenap hatinya untuk wanita, akan sanggat susah untuk mencintai wanita lain. Lalu wanita itu mengangguk “good point” kata-kataku pasti menusuk hatinya, dengan segala penyesalan aku meminta maaf kepadanya atas kata-kata ku yang menyakitinya.
            “ you know what, peninggalan nya hanya secarik puisi” ungkap ku
Aku mengeluarkan kertas yang di berikan intan kepada ku. Kertas itu sudah agak lusuh, karena sudah terilap-lipat dan aku simpan di dompet ku. Wanita berwajah latin itu menerimanya, lalu ia membacanya dengan penerangan lampu jalan yang seadannya, nampaknya ia tak mau repot-repot menyalahkan lampu mobil.
            “A depressing infatuation about a ending agony, nice” dia mengangguk dgn alis terangkat. Dalam gelap aku bias melihat senyumannya yang terihat meremehkan.
            Aku ikut tertawa meskipun tidak ada yang lucu, mungkin aku hnya butuh sedikit tertawa untuk melupkan tetntang intan sejenak.
            Tanpa terasa ternyata aku telah sampai di hotel, dan setelah itu wanita itu pun pergi dan entah kemana. Sejak saat itu aku tidak pernah menjumpainya lagi.
            Hari-hari ku di boston aku habiskan dengan belajar terus-menerus agar aku bias melupakn intan untuk selama